Model Pendidikan, Mendidik Dengan Karakter
Dalam satu Berita TV Swasta di Jakarta, sekarang gejala seks bebas tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa. Tetapi ternyata anak dibawah usia pun sudah berani melakukan. Lantas, gejala apa sebenarnya yang sedang terjadi ditengah masyarakat. Aborsi banyak terjadi, akibat pergaulan yang bebas atau hubungan gelap. Hal semacam ini telah menjangkiti generasi anak bangsa. Kenapa hal ini bisa terjadi? Tidak hanya itu, perkelahian antar pelajar, aksi tawuran bahkan melakukan tindakan kekerasan masih ada terjadi dikalangan akademik atau praktisi pendidikan. Apalagi dengan adanya hari valentine yang dikenal hari kasih sayang. Betapa maraknya dikalangan remaja, begitu juga dikalangan selebritis pun banyak merayakan hari valentine. Bahkan tak hanya itu pasokan kondom untuk Hotel di Kediri, Jawa Timur mengalami permintaan yang pesat. Dengan alasan untuk menghindari adanya penularan HIV atau AIDS akibat seks bebas. Apa tidak salah kita memaknai hari valentine dengan hari kasih sayang? Karena sangat ironis bahkan jauh dari pengertian yang wajar rasa kasih sayang di rayakan hanya dalam satu hari.
Agama manapun kiranya tidak setuju, jika kasih sayang itu diwujudkan dengan apresiasi khusus dalam perayaan valentine’s day. Misalnya dalam Islam. Sebagai agama yang mayoritas dipeluk oleh manusia diseluruh dunia, Islam mengenal nilai kasih sayang itu setiap hari, setiap masa yang dikenal rasa cinta atau hubbun. Cinta seorang ayah kepada anaknya, apakah membutuhkan waktu yang khusus yaitu valentine day’s, sepertinya tidak harus. Tetapi mengapa dengan mudahnya kalangan remaja, selebritis atau dunia entertainment terjebak dalam mengkomunikasikan makna ini kepada masyarakat umum. Sehingga masyarakat menerima dengan tabu dan lugu. Karena mendapat justifikasi komunikasi public yang mendukung. Walaupun valentine’s day agak berbau dan berasal dari barat kita lihat betapa besar pengaruhnya terhadap remaja muslim atau non muslim itu sendiri. Kalau kita telusuri sejarahnya, bangsa Romawi sering berharap dengan dimulainya tahun baru, kesalahan-kesalahan dimasa lalu dapat dimaafkan. Sebagai penebusannya maka ditahun baru tersebut ditandai dengan bertukar kado. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukankan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu resmi agama Nasrani menjadikannya hari raya baru. Yaitu untuk memperingati dan merayakan hari perayaan gereja dengan nama saint Valentine’s day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998). Maka jelas jika remaja muslim atau kalangan muslim merayakan valentine’s day ia termasuk perbuatan tasyabbuh(meniru kebiasaan kaum kafir).
Tidak hanya masyarakat kota tetapi desa atau bahkan daerah pedalaman pun makna valentine sudah dikenalnya. Mereka mengadopsinya, dengan merayakan kongkow-kongkow. Adalah gejala buruk bagi generasi remaja, pemuda Indonesia jika semangat hidupnya dihabiskan dengan pergaulan bebas, clubbing, ngedrug atau mengadopsi narkotika. Pergeseran nilai spiritual semakin hampa dikalangan remaja dan pemuda, hal ini ditandainya dengan semakin berkurangnya minat anak remaja dan pemuda untuk mendalami al-Qur’an. Bahkan saya temukan banyak yang sudah berusia remaja tetapi mengajinya masih belum baik. Sangat jauh berbeda dengan zaman orang tua kita, mereka diusia dinipun telah fasih membaca al-Qur’an. Saatnya orang tua mendidik anaknya mulai saat dini mengajari al-Qur’an sebagai pondasi keimanan dan menjalankan kehidupan. Sangat menarik apa yang disampaikan oleh Ir. H. Mawardi, MM selaku Bupati Kapuas dalam sambutannya saat membuka pelatihan Rumah Tahfidz se-Kalimantan, beliau menjelaskan bahwa pendidikan al-Qur’an terhadap anak adalah sebagai pembentukan karakter harus dilakukan oleh orang tua semenjak kecil atau sejak dini. Bahkan Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya memberikan reward dengan pernyataan bahwa “Allah mempunyai keluarga diantara manusia.” Para sahabatpun bertanya? “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Mereka keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya” (HR Ahmad). Gambaran ini, maka kita dapat mengambil intisari guna menanggulangi anarkis-anarkis yang terjadi dikalangan remaja, pemuda bahkan orang dewasa yang banyak melakukan pergauan bebas(free sex) harus menanamkan pemahaman al-Qur’an, mengamalkan isinya dan tentunya mereka sudah harus mempelajarinya dan menjalankan sunnah Rasululah SAW.
Banyak orang tua yang kesulitan didalam mendidik anak-anaknya. Sehingga rasa prihatin orang tua jika tidak ada solusinya, mereka banyak yang mengeluh dan mengadu, kenapa kho anak saya sekarang jadi sulit diatur, jika diperintah melawan, tidak mau mendengarkan nasehat orang tua dan sebagainya. Jika sudah seperti ini apa solusi kita yang terbaik. Sebelum lanjut untuk mengupas permasalahan tadi, alangkah baiknya orang tua mengetahui factor penyebab kenakalan remaja atau yang mempengaruhi sikap kepribadian seorang anak. Menurut aliran konvergensi, naturalism menilai ada bawaan dari anak itu sendiri. Yang dikenal intern factor danekstern factor. Ada factor yang dibawa secara alami dan ada pengaruh dari luar. Yang dikelompokkan kedalam empat bagian. Pertama, factor keluarga. Factor keluarga inilah yang pertama kali mempengaruhi karakter dan kepribadian seorang anak. Apalagi kedua orang tuanya. Maka tidaklah salah jika ada istilah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Dengan demikian jika orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik, penuh perhatian dan kasih sayang, sang anak akan berpikir ulang jika ia akan berprilaku yang menyimpang. Menurut Ka Seto, kelainan yang terdapat pada anak banyak terjadi karena kurangnya kasih sayang orang tua. Ada yang sibuk bekerja, menjadi wanita karier atau pejabat. Sehingga kasih sayang anak terbelenggu dan renggang. Tidak ada komunikasi yang ada, mudah tersinggung dalam setiap anggota keluarga dan saling menyalahkan. Ketika gejala seperti ini terjadi maka sudah seharusnya setiap anggota keluarga memahami arti penting keluarga dan peran mereka dalam keluarga sendiri. Kedua, factor sekolah. Institusi formal inilah sebagai pembentuk awal karakter anak. Kedisiplinan, keberanian, bertanggung jawab dan saling menghargai dibentuk dalam institusi ini. Pagi-pagi harus berangkat sekolah, mengerjakan tugas, atau berdiskusi dan berkelompok. Maka dengan lambat laun anak akan terbiasa menjalankan nilai-nilai yang dibentuk oleh sekolah tersebut. Oleh karena itu secara jelas, konkrit dan terbuka setiap sekolah menjabarkan nilai-nilai apa yang dikedepankan. Moral, etika dan sikap(attitude). Ketiga, factor teman bermain. Arahkan dan pilihlah teman bermain anak yang baik akhlaknya. Dengan memeilih teman yang baik, maka setidaknya anak kitapun akan mudah beradaptasi dengan kebaikan. Karena secara hakikatnya, karakter anak yang baik dan buruk dapat dibentuk dari awal. Dimana ia mulai mengenal keluarga, sekolah dan kawan bermainya. Keempat, adalah lingkungan. Pengaruh yang sangat mempengaruhi kepribadian anak, disamping hal tiga tadi adalah lingkungan. Ada pepatah, jika kita hidup di lingkungan yang baik maka akan baik pula. Pepatah ini ada benarnya, sebaik apapun karakter kepribadian orang jika ia tinggal dilingkungan yang buruk lambat laun jika ia tidak mampu mewarnai lingkungan, maka sebaliknya lingkunganlah yang akan mewarnainya.Wahasil, sudah saatnya kita saling membahu memerangi adanya dampak buruk dari pergaulan bebas remaja, mengenal lebih jauh cara hidup mereka dilingkungan baik keluarga atau masyarakat. Mendidik mereka berorganisasi. Sehingga dengan tidak disadari anak-anak remaja kita dapat teratasi dari berbagai gejala atau penyakit masyarakat yang memberikan citra buruk. Moment Maulid Rasul yang marak diperingati di setiap Masjid, Surau atau Majlis taklim saat ini, harus berisi kesadaran dan tujuan pendidkan anak sebagai generasi yang mendatang. Karena Rasululah SAW sendiri betapa intennya menekankan pendidikan karakter dan keharusan bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu.intinya pendidikan karakter adalah mengintegrasikan antara konsep teori dan praktik, tidak hanya omong kosong, antara yang wajib dan sunnah atau antara dzikir dan fikir. tidak hanya kecerdasan IQ namun kecerdasan lainpun di kedepankan dalam pendidikan karakter.