Kamis, 24 Februari 2011

Model Pendidikan, Mendidik Dengan Karakter


Dalam satu Berita TV Swasta di Jakarta, sekarang gejala seks bebas tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa. Tetapi ternyata anak dibawah usia pun sudah berani melakukan. Lantas, gejala apa sebenarnya yang sedang terjadi ditengah masyarakat. Aborsi banyak terjadi, akibat pergaulan yang bebas atau hubungan gelap. Hal semacam ini telah menjangkiti generasi anak bangsa. Kenapa hal ini bisa terjadi? Tidak hanya itu, perkelahian antar pelajar, aksi tawuran bahkan melakukan tindakan kekerasan masih ada terjadi dikalangan akademik atau praktisi pendidikan. Apalagi dengan adanya hari valentine yang dikenal hari kasih sayang. Betapa maraknya dikalangan remaja, begitu juga dikalangan selebritis pun banyak merayakan hari valentine. Bahkan tak hanya itu pasokan kondom untuk Hotel di Kediri, Jawa Timur mengalami permintaan yang pesat. Dengan alasan untuk menghindari adanya penularan HIV atau AIDS akibat seks bebas. Apa tidak salah kita memaknai hari valentine dengan hari kasih sayang? Karena sangat ironis bahkan jauh dari pengertian yang wajar rasa kasih sayang di rayakan hanya dalam satu hari.

Agama manapun kiranya tidak setuju, jika kasih sayang itu diwujudkan dengan apresiasi khusus dalam perayaan valentine’s day. Misalnya dalam Islam. Sebagai agama yang mayoritas dipeluk oleh manusia diseluruh dunia, Islam mengenal nilai kasih sayang itu setiap hari, setiap masa yang dikenal rasa cinta atau hubbun. Cinta seorang ayah kepada anaknya, apakah membutuhkan waktu yang khusus yaitu valentine day’s, sepertinya tidak harus. Tetapi mengapa dengan mudahnya kalangan remaja, selebritis atau dunia entertainment terjebak dalam mengkomunikasikan makna ini kepada masyarakat umum. Sehingga masyarakat menerima dengan tabu dan lugu. Karena mendapat justifikasi komunikasi public yang mendukung. Walaupun valentine’s day agak berbau dan berasal dari barat kita lihat betapa besar pengaruhnya terhadap remaja muslim atau non muslim itu sendiri. Kalau kita telusuri sejarahnya, bangsa Romawi sering berharap dengan dimulainya tahun baru, kesalahan-kesalahan dimasa lalu dapat dimaafkan. Sebagai penebusannya maka ditahun baru tersebut ditandai dengan bertukar kado. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukankan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu resmi agama Nasrani menjadikannya hari raya baru. Yaitu untuk memperingati dan merayakan hari perayaan gereja dengan nama saint Valentine’s day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998). Maka jelas jika remaja muslim atau kalangan muslim merayakan valentine’s day ia termasuk perbuatan tasyabbuh(meniru kebiasaan kaum kafir).

Tidak hanya masyarakat kota tetapi desa atau bahkan daerah pedalaman pun makna valentine sudah dikenalnya. Mereka mengadopsinya, dengan merayakan kongkow-kongkow. Adalah gejala buruk bagi generasi remaja, pemuda Indonesia jika semangat hidupnya dihabiskan dengan pergaulan bebas, clubbing, ngedrug atau mengadopsi narkotika. Pergeseran nilai spiritual semakin hampa dikalangan remaja dan pemuda, hal ini ditandainya dengan semakin berkurangnya minat anak remaja dan pemuda untuk mendalami al-Qur’an. Bahkan saya temukan banyak yang sudah berusia remaja tetapi mengajinya masih belum baik. Sangat jauh berbeda dengan zaman orang tua kita, mereka diusia dinipun telah fasih membaca al-Qur’an. Saatnya orang tua mendidik anaknya mulai saat dini mengajari al-Qur’an sebagai pondasi keimanan dan menjalankan kehidupan. Sangat menarik apa yang disampaikan oleh Ir. H. Mawardi, MM selaku Bupati Kapuas dalam sambutannya saat membuka pelatihan Rumah Tahfidz se-Kalimantan, beliau menjelaskan bahwa pendidikan al-Qur’an terhadap anak adalah sebagai pembentukan karakter harus dilakukan oleh orang tua semenjak kecil atau sejak dini. Bahkan Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya memberikan reward dengan pernyataan bahwa “Allah mempunyai keluarga diantara manusia.” Para sahabatpun bertanya? “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Mereka keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya” (HR Ahmad). Gambaran ini, maka kita dapat mengambil intisari guna menanggulangi anarkis-anarkis yang terjadi dikalangan remaja, pemuda bahkan orang dewasa yang banyak melakukan pergauan bebas(free sex) harus menanamkan pemahaman al-Qur’an, mengamalkan isinya dan tentunya mereka sudah harus mempelajarinya dan menjalankan sunnah Rasululah SAW.

Banyak orang tua yang kesulitan didalam mendidik anak-anaknya. Sehingga rasa prihatin orang tua jika tidak ada solusinya, mereka banyak yang mengeluh dan mengadu, kenapa kho anak saya sekarang jadi sulit diatur, jika diperintah melawan, tidak mau mendengarkan nasehat orang tua dan sebagainya. Jika sudah seperti ini apa solusi kita yang terbaik. Sebelum lanjut untuk mengupas permasalahan tadi, alangkah baiknya orang tua mengetahui factor penyebab kenakalan remaja atau yang mempengaruhi sikap kepribadian seorang anak. Menurut aliran konvergensi, naturalism menilai ada bawaan dari anak itu sendiri. Yang dikenal intern factor danekstern factor. Ada factor yang dibawa secara alami dan ada pengaruh dari luar. Yang dikelompokkan kedalam empat bagian. Pertama, factor keluarga. Factor keluarga inilah yang pertama kali mempengaruhi karakter dan kepribadian seorang anak. Apalagi kedua orang tuanya. Maka tidaklah salah jika ada istilah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Dengan demikian jika orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik, penuh perhatian dan kasih sayang, sang anak akan berpikir ulang jika ia akan berprilaku yang menyimpang. Menurut Ka Seto, kelainan yang terdapat pada anak banyak terjadi karena kurangnya kasih sayang orang tua. Ada yang sibuk bekerja, menjadi wanita karier atau pejabat. Sehingga kasih sayang anak terbelenggu dan renggang. Tidak ada komunikasi yang ada, mudah tersinggung dalam setiap anggota keluarga dan saling menyalahkan. Ketika gejala seperti ini terjadi maka sudah seharusnya setiap anggota keluarga memahami arti penting keluarga dan peran mereka dalam keluarga sendiri. Kedua, factor sekolah. Institusi formal inilah sebagai pembentuk awal karakter anak. Kedisiplinan, keberanian, bertanggung jawab dan saling menghargai dibentuk dalam institusi ini. Pagi-pagi harus berangkat sekolah, mengerjakan tugas, atau berdiskusi dan berkelompok. Maka dengan lambat laun anak akan terbiasa menjalankan nilai-nilai yang dibentuk oleh sekolah tersebut. Oleh karena itu secara jelas, konkrit dan terbuka setiap sekolah menjabarkan nilai-nilai apa yang dikedepankan. Moral, etika dan sikap(attitude). Ketiga, factor teman bermain. Arahkan dan pilihlah teman bermain anak yang baik akhlaknya. Dengan memeilih teman yang baik, maka setidaknya anak kitapun akan mudah beradaptasi dengan kebaikan. Karena secara hakikatnya, karakter anak yang baik dan buruk dapat dibentuk dari awal. Dimana ia mulai mengenal keluarga, sekolah dan kawan bermainya. Keempat, adalah lingkungan. Pengaruh yang sangat mempengaruhi kepribadian anak, disamping hal tiga tadi adalah lingkungan. Ada pepatah, jika kita hidup di lingkungan yang baik maka akan baik pula. Pepatah ini ada benarnya, sebaik apapun karakter kepribadian orang jika ia tinggal dilingkungan yang buruk lambat laun jika ia tidak mampu mewarnai lingkungan, maka sebaliknya lingkunganlah yang akan mewarnainya.Wahasil, sudah saatnya kita saling membahu memerangi adanya dampak buruk dari pergaulan bebas remaja, mengenal lebih jauh cara hidup mereka dilingkungan baik keluarga atau masyarakat. Mendidik mereka berorganisasi. Sehingga dengan tidak disadari anak-anak remaja kita dapat teratasi dari berbagai gejala atau penyakit masyarakat yang memberikan citra buruk. Moment Maulid Rasul yang marak diperingati di setiap Masjid, Surau atau Majlis taklim saat ini, harus berisi kesadaran dan tujuan pendidkan anak sebagai generasi yang mendatang. Karena Rasululah SAW sendiri betapa intennya menekankan pendidikan karakter dan keharusan bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu.intinya pendidikan karakter adalah mengintegrasikan antara konsep teori dan praktik, tidak hanya omong kosong, antara yang wajib dan sunnah atau antara dzikir dan fikir. tidak hanya kecerdasan IQ namun kecerdasan lainpun di kedepankan dalam pendidikan karakter.

Terapi Siswa Dengan Al-Qur’an

Ternyata image yang kurang tepat dari orang tua di masyarakat terhadap pesantren masih ada. Buktinya, saya masih mendengar perkataan orang tua, jika anak yang nakal, melawan orang tua itu didaftarkan atau di masukan saja ke pesantren. Sontak, dengan anggapan ini kita bertanya kembali apakah pesantren tempat menampung anak-anak yang nakal, bandel atau melawan kepada orang tuanya? Jika hal itu ada dalam pandangan masyarakat dan masih menjadi kesan umum, mari sedikit demi sedikit hal itu kita rubah ke arah pemahaman yang lebih baik. Bicara soal pesantren dewasa ini, setidaknya kita harus membagi dan mengklasifikasikan pesantren terlebih dahulu. Secara uum kita ketahui dunia pesantren terbagi kedalam dua bentuk. Pertama, pesantren tradisional dengan salafiahnya. Kedua, pesantren Modern. Yang dalam perkembangannya pesantren modern lebih cepat dan beradaptasi dengan masyarakat. Dalam konteks pesantren modern, maka mulai dikena dengan pesantren mahasiswa yang berada dilingkungan dan dikelolah kampus atau perguruan tinggi tersebut. Dengan kajian materi yang lebih modern, baik dari metode belajar atau aplikasi pelajaran dengan lifeskill mahasiswa itu sendiri. Tetapi disisi lainpun keberadaan pesantren tradisional, memang masih banyak terutama di desa-desa atau pesisir pantai. Bahkan dewasa ini pesantren yang berlabel pesantren khusus untuk terapi; seperti pesantren terapi obat-obatan akibat kecanduan narkotika, pesantren khusus menangani mantan preman atau pesantren Tahfidz sebagai penghafal al-Qur’an banyak diminati oleh semua kalangan. Yang jelas namanya pesantren baik itu tradisional atau modern adalah lembaga pendidikan yang bertujuan mencetak generasi yang sholeh, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Materi yang diajarkan di pesantren berbobot ke-akheratan atau bisa dikatakan belajar tasawuf. Mengutip pendapat imam al-Ghozali bahwa tujuan tasawuf adalah mengenal ma’rifatullah(mengenal Allah). Karena di pesantren lebih mengutamakan materi-materi agama; cara hidup ikhlas, sabar, tawakal atu zuhud itu sendiri. Memang sangat mudah untuk mengenali kenakalan santri atau siswa di pesantren dibandingkan dengan sekolah umum. Karena di pesantren pembelajaran dilakukan selama 24 jam. Keberadaan pesantren dulu dengan sekarang sudah berbeda. Kita bisa melihat pesantren Modern Gontor, al-Zaitun, Darunnajah atau Pesantren Modern lainya bahkan ada rintisan pesantren mahasiswa yang bertaraf go Internationalpun menjadi wacana yang sangat menarik dibicarakan. Apa dan bagaimana terapi anak dengan al-Qur’an? Dalam mengenali kenakalan anak didik atau siswa, guru akan mengenali kepribadian siswa secara jelas. Yang sekarang ini, masih banyak kesulitan bagi guru didalam menangani kenakalan pada siswanya terutama pada sekolah umum. Menurut penulis ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Secara umum oleh dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Secara intern bisa saja kesalahan diawal penerimaaan pendaftaran murid baru yaitu tidak diikut sertakannya materi test Qur’an. Padahal dengan test Qur’an meliputi bacaan, hafalan ataupun pemahaman al-qur’an bagi anak didik kita atau siswa itu sangat menentukan didalam mengetahui kepribadiannya. Apa yang tidak bisa? Toh ilmu itu sendiri berasal dari al-Qur’an yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Bagi seorang guru memang sering mengalami kesulitan untuk mengenali prilaku anak didiknya. Kenapa anak yang satu dengan anak yang lainya berbeda karakter, kecerdasan atau bahkan prilakunya. Hal ini melalui pendekatan pengenalan terhadap kemampuan siswa didalam bacaan al-Qur’an bisa dikenali. Memang disekolah –sekolah umum masih jarang, dilakukan test masuk melalui penguasaan al-Qur’an. Padahal test al-Qur’an sebenarnya barometer awal untuk mengetahui perkembangan kepribadian siswa tersebut. Ada beberapa hal dan langkah yang harus dilakukan didalam test guna mengetahui kepribadian siswa. Pertama, bacaan al-qur’an. Ketika di test, bagi siswa yang sudah lancar atau bisa membaca al-qur’an. Bagi panitia penguji atau penerimaan siswa ini harus diberi tanda prioritas; artinya penilaian kelulusan apabila ada kekurangan nilai dalam hal lain, kemampuan anak didalam membaca al-Qur’an bisa dijadikan standar nilai kelulusan tersebut. Kedua, menulis huruful Qur’an. Seperti huruf hijaiyah baik secara sambung atau terpisah. Ketiga, memahami makna al-qur’an sendiri. Bagi siswa setingkat SD atau SMP, mengenal pengertian al-Qur’an atau bahkan pemahaman tentang kitab suci adalah nilai kelebihan tersendiri. Ini sangat membantu didalam mengenal kepribadiannya setelah siswa tersebut diterima menjadi siswa di sekolah. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Begitu pepatah bijak yang sering kita dengar. Hal ini jualah, yang menjadi basic point bagi sekolah –sekolah berbasis keislaman. Seperti Sekolah Taman Kanak-kanak Islam Terpadu atau Sekolah Dasarnya, tidak terkecuali juga di Sekolah Daarul Qur’an. Ternyata untuk menyeleksi siswa dengan mengenali dan mengukur kemampuan didalam al-Qur’an sangat membantu didalam mengenali karakter, kepribadian bahkan prestasinya. Belajar dari sejarah kemajuan Islam ternyata ulama-ulama salafiyah;terdahulu, mereka adalah menguasai al-Qur’an atau hafal al-Qur’an, seperti imam Syafi’i di usia 7 tahun telah hafal al-Qur’an, Imam Maliki ataupun bahkan Imam al-Ghazali yang diberi gelar Hujjatul Islam pun telah hafal Qur’an diusianya yang sama. Keterangan ini, secara jelas menjadi kesimpulan bersama bahwa pelajaran al-qur’an harus dijadikan kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan dan dijadikan vision yang harus diutamakan terutama dalam dunia pendidikan. Maka dengan demikian permasalahan yang ada dan sering dihadapi oleh banyak kalangan guru atau pengajar terhadap anak didiknya, seperti kesulitan belajar, siswa mudah pusing, tidak serius(konsentrasi) dan hingga persoalan kenakalan remaja, penulis menarik kesimpulan hal-hal tersebut dapat terselsaikan melalui pemahaman dan pengamalan siswa terhadap kitab sucinya yaitu al-Qur’an. Pendekatan terapi siswa dapat dilakukan oleh sekolah-sekolah dari tingkat TK hingga Mahasiswa. Bahkan berita yang sangat menggembirakan dari UIN Maulana Ibrahim Malang adalah mereka yang mendapatkan prestasi akademik unggul ternyata beberapa diantaranya adalah hafal al-Qur’an genap 30 juz. Adapun terapi al-Qur’an secara intern yang paling penting adalah motivasi kita untuk membaca, menghafal, mengkaji dan mengamalkan al-Qur’an inilah yang harus dilakukan. Sehingga melahirkan generasi siswa yang tutur kata dan nafasnya senantiasa menghafal qur’an, budi pekertinya adalah nilai-nilai al-Qur’an. Begitu agung dan tinggi tujuan ini. Namun itulah yang harus kita mulai, agar generasi kita dimasa mendatang menjadi generasi yang hafal qur’an, mengamalkan dan mencintai qur’an. Tidak adanya kasus yang namanya korupsi pejabat. Sehingga pemerintahan yang terbangun adalah clear and good goverment Walhasil, terapi ekstern pun akan diraih yaitu prakteknya terhadap setiap siswa diklasifikasikan terlebih dahulu kepada permasalahan yang ada yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, melaui bimbingan, arahan dan pendekatan persuasif. Sejauh mana tingkat masalah dan kenakalan yang ada di setiap siswa. Dengan cara terapi al-Qur’an sendiri maka akan menumbuhkan kecerdasan seseorang dalam potensi keilmuanya dan akan membentuk pribadi yang amal sholeh yang luar biasa. Yang mengenal dan memahami dirinya. Inilah yang akrab sekarang ini kita mengenal dengan psikologi Qur’ani. Yang manfaatnya tidak hanya untuk siswa sekolah tetapi untuk kita semua secara sempurna.

PPPA DAQU ADAKAN PELATIHAN GURU TAHFIDZ

DI KALIMANTAN

Adanya dukungan serta sambutan yang baik dari masyarakat menjadikan PPPA Daarul Qur’an harus bersiap diri untuk lebih aktif lagi dalam program – programnya, termasuk program Rumah Tahfidz. Program Rumah Tahfidz sangat disambut antusias oleh masyarakat Indonesia tidak terkecuali masyakat Kalimantan yang nota benenya jauh dari Jakarta dimana PPPA Daqu berada.

Dalam upaya mendukung kegiatan rumah tahfidz di Kalimantan PPPA Daqu menggerlar Pelatihan Guru Tahfidz, di Hotel Tahfidz Anggrek Kapuas Kalimantan Tengah, Sabtu- Minggu, 13 -14 Februari 2011.

Program pelatihan guru tahfidz ini dimaksudkan untuk menyiapkan sumber daya yang nantinya menjadi pengajar – pengajar di rumah tahfidz utamanya di Kalimantan. Kegiatan yang diselenggarakan di Hotel Tahfidz Anggerk Kapuas di hadiri oleh Bupati Kapuas Ir. H.M. Mawardi, MM.

Bupati Kapuas Ir. H.M. Mawardi, MM, merasa senang dengan adanya kegiatan yang mendukung arah perbaikan masyarakat Indonesia utamanya di Kabupaten Kapuas ini. ‘’Kami mendukung sepenuhnya kegitan seperti ini’’, terang Bupati Kapuas yang pernah hadir juga dalam lauching Hotel Tahfidz Kapuas beberapa waktu lalu bersama Ust Yusuf Mansur.

Dalam kegiatan ini Bupati Kapuas juga memberikan secara simbolis bingkisan untuk yatim sekaligus memberikan bantuan oprasional untuk kegiatan Rumah Tahfidz Kapuas sebesar Rp. 10 Juta

Dijelaskan Ust. Ahmad Masrul, Kordinator Rumah Tahfidz Kalimantan, “tujuan dari kegiatan Pelatihan Guru Tahfidz ini adalah untuk memberikan serta menjembatani bagi masyarakat yang ingin membuka Rumah tahfidz, dalam hal proses pendirian, kegiatan belajar serta aktifitas yang dilakukan di Rumah Tahfidz’’.

Sebelumnya di Kalimantan Tengah, baru ada satu Rumah tahfidz yaitu di Hotel Anggrek Kapuas ini, dengan adanya kegiatan pelatihan Guru Tahfidz diharapkan akan semakin banyak rumah – rumah tahfidz hadir Kalimanta, Sekarang ada 10 rumah tahfidz hadir di Kalimantan tengah, lanjut Ust. Masrul, S.Sos.I.

Al hamdulillah, sampai saat ini kami terus bergerak untuk mendistribusikan kurang lebih 4000 paket BUY di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Medan, Padang serta korban becanana Sinabung dan Menatawi, setelah sebelumnya Merapi, Bromo dan Ambon, termasuk di Kapuas ini.’’ lanjut Darmawan, General Manager Program PPPA Daarul Qur’an. Mudah- mudahan tahun depan akan banyak lagi yatim di Indonesia yang mendapatkan Bingkisan seperti ini. ( Dar).

CP : Darmawan Eko Setiadi ( 085 88 50 53 135 )

Ust Masrul ( 087871906812 )