Kawin
Dengan al-Qur’an
Oleh
Ahmad Masrul
Biasanya, kita
mendengar istilah kawin itu urusan manusia dengan manusia. Namun ternyata, kita
sudah harus bisa kawin dengan al-Qur’an. Yakni melahirkan keturunan yang
berakhlaq al-Qur’an dan sunahnya. Inilah tujuan terbaik dari perkawinan itu
sendiri.
Bagaimana agar
bisa kawin dengan al-Qur’an? Minimal kita bisa melaksanakan resep 5 M, agar
kita dan keturunan, bisa mencapai kebahagiaan lahir dan bathin, menjadi
keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Buah dari perkawinan dengan
al-Qur’an.
Anak-anak hasil
kawin dengan al-Qur’an, melahirkan keturunan yang saleh – salehah. Dari kecil,
semenjak dini ia sudah rajin sholatnya tanpa disuruh, rajin puasa Senin Kamis,
bahkan bisa menghafal al-Qur’an. Bahkan
al-Qur’an menyatu dalam dirinya, bercampur dengan darah dan dagingnya. Subhanallah.
Resep Kawin
dengan al-Qur’an, yakni melaksanakan 5 M. Pertama, membaca al-Qur’an.
Targetnya bukan hanya bisa baca Al-Quran tetapi membiasakan membaca al-Qur’an.
Nabi Muhammad memberikan tips, “ Bacalah Al Qur'an
sesungguhnya ia akan datang di hari Kiamat menjadi syafaat (penolong) bagi
pembacanya." (Riwayat
Muslim).
Kedua,
Menghafal al-Qur’an. Dari pengalaman yang ada, anak-anak yang menghafal
al-Qur’an sangat berprestasi. Tidak hanya akhlaknya, melainkan prestasi
akademisnya. Ternyata kemampuan menghafal al-Qur’an memacu softskill intelektual.
Bayangkan bagi orang yang hafal al-Qur’an, otaknya menyimpan file memori yang yang sangat baik dan
kuat. Anak-anak yang menghafal al-Qur’an lebih terjaga, lebih tahan dan lebih
siap bersosialisasi dengan lingkungannya.
Ketiga, Memahami (mentadaburi) al-Qur’an. Kata
tadabur, sering dipakai oleh kita, ketika melihat indahnya alam, laut luas
membentang, langit yang menawan tanpa tiang, sampai memikirkan secara mendalam
dibalik penciptaan-Nya. Begitu kuasanya
Allah, menciptakan alam ini. Inilah tadabur al-Qur’an.
Keempat,
mencintai al-Qur’an. Menanamkan
kecintaan anak terhadap al-Qur’an sejak dini merupakan vitamin yang
multimanfaat. Karena akan menjadikan dewasanya kelak, mengalahkan kecintaan
terhadap hal lainnya. Bukankah masa anak-anak adalah masa pembentukan watak
yang sangat utama, usia anak usia yang pandai meniru, diibaratkan mereka
seperti lembaran yang masih polos dan bersih. Isilah dengan cinta, yaitu cinta
kepada al-qur’an.
Kelima,
mengamalkan al-Qur’an. Inilah resep puncak yang memiliki kaya akan rasa dari
kawin dengan al-Qur’an. Rasa ketika tidak ada lagi rasa selain, mengiyakan
perintah Allah dan rasulnya. Taat atas perintah-Nya, sami’na wa a’tona.
Rasa tertinggi yang menghasilkan rich taste, yang ada di hati dan
jiwanya, tutur katanya, tingkah polahnya, akhlak pikiran dan sikapnya tiada
lain al-Qur’an. Mari kawin dengan al-Qur’an, selamat menghasilkan keturunan
yang Qur’ani. Wallahu'alam
0 komentar :
Posting Komentar